Atap rumah adalah penutup bagian atas suatu bangunan untuk melindungi bagian dalam bangunan dari segala cuaca. Bahan atap ternyata memiliki banyak peran penting bagi rumah. Selain berfungsi sebagai atap yang dapat menambah nilai estetika, atap juga memiliki fungsi penting untuk melindungi ruang di bawahnya dari segala cuaca. Tapi tahukah Anda bahwa atap datang dalam sejumlah bahan berbeda yang sangat berbeda. Dimana setiap material memiliki karakteristiknya masing-masing. Jadi apa saja jenis bahan atap yang berbeda? Simak saja penjelasan berikut ini:
Genteng Tanah Liat
Genteng merupakan bahan atap rumah yang paling umum dan digunakan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Layaknya bata merah, genteng dibuat dengan tanah liat yang dibakar sebagai bahan baku utama, kemudian dijemur sebelum difinishing di tempat pembakaran. Meski proses produksinya masih menggunakan cara manual, namun ada banyak alasan mengapa permintaan genteng begitu besar, antara lain:
Harga yang pantas
Kuat dan tahan cuaca
Tidak panas karena dapat menahan panasnya sinar matahari
Tahan Lama
Karena bahan dasarnya adalah tanah liat, bahan atap ini sangat rentan terhadap lumut. Namun kelemahan ini bisa Anda atasi dengan mengecat sebelum pemasangan.
Genteng Keramik
Ubin keramik adalah bahan populer lainnya yang banyak digunakan di rumah dan gedung perkantoran. Mirip dengan ubin keramik yang menggunakan bahan utama tanah liat, ubin keramik juga menggunakan bahan dasar yang sama. Hanya saja ubin keramik memiliki lapisan yang disebut kaca, dimana lapisan tersebut sama dengan lapisan yang terdapat pada ubin lantai. Adanya lapisan kaca ini membuat bata jenis ini tidak mudah berjamur dan busuk. Dengan kata lain, ubin keramik tidak membutuhkan perawatan. Meski semuanya genteng tanah liat, namun memiliki harga jual yang relatif lebih tinggi dibandingkan genteng tanah liat biasa.
Asbes
Selain tanah liat dan genteng keramik, asbes juga banyak digunakan sebagai pelapis atap bangunan. Atap asbes memiliki karakteristik gelombang pada permukaannya. Penggunaan asbes sebagai bahan kelongsong banyak diminati karena biayanya yang relatif murah, ringan dan proses pemasangan yang cepat. Namun, tidak semua orang menyukai atap asbes karena menyerap dan menyimpan panas serta rapuh. Saran bagi yang ingin menggunakan atap dari magnesium, kalsium dan silikat, Anda harus menambahkan material berupa triplek pada bagian bawah asbes. Selain terlihat lebih bersih, triplek ini juga memiliki efek memerangkap panas yang dikeluarkan oleh asbes.
Baca Juga : Mengenal Bagian Atap Rumah
Seng
Beberapa dari Anda mungkin berpikir bahwa seng itu seperti galvalum. Meski sekilas terlihat hampir identik, kedua bahan atap ini sebenarnya memiliki lapisan yang berbeda. Jika seng hanya memiliki satu lapisan seng, maka galvalum memiliki lapisan yang terdiri dari campuran aluminium, seng, dan silikon. Seng sering digunakan pada bangunan besar yang membutuhkan struktur atap sederhana dan murah, seperti pabrik.
Sedangkan untuk rumah, material ini sering digunakan untuk atap. Saat menggunakan bahan ini, pastikan seng terpasang dengan kuat. Bobot yang ringan dan tipis membuat seng mudah penyok dan mudah tertiup angin kencang.
Atap Bitumen
Seperti namanya, atap bituminous atau aspal terbuat dari bahan seperti batu pasir, fiberglass, dan pelapis alga. Bahan lain seperti cangkang tiram, batu kapur, dan tanah liat yang mengandung silika kemudian ditambahkan untuk memperkuat bahan tersebut. Sementara atap genteng tanah liat populer di Indonesia, atap aspal lebih populer di luar negeri. Jenis bahan ini banyak digunakan di rumah-rumah Amerika.
Bisa dibilang, atap ini lebih baik dari bahan atap lainnya. Ada banyak alasan mengapa aspal lebih baik daripada bahan permukaan lainnya, termasuk fakta bahwa atap ini lebih ringan namun kuat. Jika dalam satu meter persegi bahan atap beton atau keramik beratnya 50 kg-60 kg, maka berat atap aspal hanya 13 kg. Selain itu, atap bitumen dikenal lentur, karena lentur dan mudah menyesuaikan dengan bentuk bangunan. Terakhir, atap ini juga tidak bersuara dan memiliki kemampuan meredam suara.
Atap Beton
Dalam dunia arsitektur, pada awalnya penerapan material atap beton banyak diterapkan pada bangunan. Namun seiring dengan perkembangannya, material ini mulai banyak digunakan pada bangunan komersial seperti rumah. Seringkali penggunaan beton untuk atap berarti menambah lantai karena kendala topografi. Seperti bahan atap lainnya, fungsi utama atap beton adalah untuk melindungi bangunan dari segala cuaca. Hanya saja material ini memiliki fungsi lain yang tidak dimiliki oleh atap lainnya, seperti tempat menjemur pakaian, tempat penampungan air atau menggunakannya sebagai atap.
Atap Sirap
Atap lembaran merupakan bahan atap kayu yang terbuat dari kayu jati dan kayu ulin. Saat ini atap sirap sudah sangat jarang digunakan di Indonesia, hal tersebut dikarenakan harganya yang relatif mahal. Di Indonesia, penggunaan material kayu berlapis terdapat pada istana kerajaan, museum, keraton, dan rumah mewah. Dibandingkan dengan bahan atap lainnya, lembaran atap jauh lebih unggul. Memang, selain desainnya yang artistik, sirap dikenal awet dan tahan terhadap kondisi cuaca ekstrim.
Atap Ijuk
Ingin menghadirkan atap dengan sentuhan tradisional? Ijuk bisa anda pilih. Atapnya terbuat dari pohon palem kering. Benang-benang yang sudah kering kemudian dibentuk dengan cara diikat, ikatan tersebut kemudian dikencangkan dengan sebatang bambu, sebelum akhirnya diikatkan pada bilah-bilah. Biasanya panjang ijuk yang diikat mencapai 120 cm dengan diameter 6 cm. Atap ijuk sering digunakan pada bangunan yang dekat dengan alam. Mulai dari rumah tradisional, gurun pasir, candi, gazebo, tempat wisata hingga restoran bertema alam. Sifatnya yang kering membuat jenis atap ini mudah terbakar.
Alderon/PVC
Saat ini, Alderon semakin populer di kalangan arsitek dunia. Selain tahan terhadap panas dan radiasi matahari, bahan ini juga cukup ringan bobotnya. Meski ringan, alderon memiliki daya tampung beban hingga 540 kg, dengan ketebalan mencapai 10 mm menjadikan alderon salah satu atap paling kokoh. Alderon mirip dengan seng, serat dan galvalum, tetapi alderon memiliki kemampuan untuk meredam suara, yaitu tidak mengeluarkan suara saat hujan. Dikenal sebagai atap kelas atas, harga Alderon cenderung tinggi. Tentunya hal ini berbanding lurus dengan kualitas yang ditawarkan.